Kamis, 17 April 2014

MAMALIA ENDEMIK INDONESIA : Bajing yang benar benar bukan Tupai


Ciri Ciri Utama Bajing yaitu memiliki moncong yang tidak terlalu panjang seperti halnya tupai, bagian muka (mulut dan hidung) relatif agak rata atau datar.
Habitat Bajing ada yang hidup di tanah juga ada yang hidup di pohon. Bahkan bajing dari subspesies Pteromyini mampu terbang (melayang dari atas ke bawah), karena jenis ini mempunyai membran (selaput tipis) diantara kaki depan dan belakang yang memungkinkan melayang jauh diantara pepohonan.
Berbeda dengan Tupai yang memakan serangga, Bajing merupakan binatang pengerat yang memakan buah-buahan. Sering kali binatang ini dianggap sebagai hama terutama pada tanaman kelapa dan perkebunan buah. Mungkin lantaran dianggap binatang hama dan perusak ini kemudian muncul istilah ‘bajingan’.

Bajing terdiri atas 51 genus dan 278 spesies (jenis).
Beberapa jenis Bajing yang terdapat di Indonesia antara lain:

  1. Ratufa bicolor (Jelarang); Hutan tropis dan subtropis di Asia termasuk Indonesia.
  2. Callosciurrus prevostii (Bajing Tiga Warna); Kalimantan
  3. Callosciurrus nigrovittatus (Bajing Hitam); Thailand, Semenajung Malaya, Sumatra dan Jawa.
  4. Callosciurrus notatus (Bajing Kelapa); terdapat di Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali dan Lombok, serta pulau-pulau di sekitarnya
  5. Callosciurrus adamsi (Bajing Telinga Botol); Endemik Kalimantan
  6. Callosciurrus orestes (Bajing Kelabu); terdapat di Kalimantan
  7. Sundasciurus hippurus (Bajing Ekor Kuda): Kalimantan
  8. Sundasciurus lowii (Bajing Ekor Pendek): Kalimantan
  9. Sundasciurus tenuis (Bajing Bancirot); Kalimantan
  10. Sundasciurus jentinki (Bajing Jentink); Kalimantan
  11. Sundasciurus brookei (Bajing Brooke); Kalimantan
  12. Sundasciurus juvencus (Bajing Palawan); Jawa dan Bali
  13. Glyphotes simus (Bajing Kerdil Perut Merah); Endemik Kalimantan
  14. Nannosciurus melanotis (Bajing Kerdil Telingan Hitam); Jawa dan Kalimantan
  15. Rubrisciurus rubriventer (Bajing Besar Sulawesi); Endemik Sulawesi
  16. Petinomys hageni (Bajing Terbang Kepala Tengguli): Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
  17. Petinomys genibarbis (Bajing Terbang Berjambang): Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
  18. Petinomys setosus (Bajing Terbang Dada Putih): Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
  19. Petinomys vordermanni (Bajing Terbang Pipi Jingga); Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
  20. Petinomys sagitta (Bajing Terbang Jawa); Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
  21. Lariscus insignis (Bajing Tanah Bergaris Tiga); Kalimantan
  22. Dremomys everetii (Bajing Gunung); Kalimantan
  23. Rhinosciurus laticaudatus (Bajing Tanah Moncong Runcing; Kalimantan
  24. Exilisciurus exilis (Bajing Kerdil Dataran Rendah); Kalimantan
  25. Exilisciurus whiteheady (Bajing Kerdil Telinga Kuncung): Kalimantan
  26. Rheithrosciurus macrotis (Bajing Tanah Ekor Tegak)
  27. Petaurillus hosei (Bajing Terbang Hose)
  28. Lomys horsfield (Bajing Terbang Ekor Merah)
  29. Aeromys tephromelas (Bajing Terbang Hitam)
  30. Hylopetes lepidus (Bajing Terbang Pipi Kelabu)
  31. Pteromyscus pulverulentus (Bajing Terbang Berbedak)
  32. Petaurista petaurista (Bajing Terbang Rakasasa Merah)
Pondok Satwa Conservasion / By PoWa Crew

0 komentar:

Posting Komentar

 
Kunjungi Pondok Satwa On Twitter :)

BREAKING NEWS : Data terbaru kementrian kehutanan terkait biosfer pulau sumatera menyakinkan bahwa 80% ekosistemnya rusak dikarenakan banyak hutan dijarah, penebangan liar makin menjadi, dan batas wilayah konservasi tidak diakui. Degradasi ekosistem ini terjadi tidak hanya karena lemahnya penegakan hukum namun juga akibat kurang dipahaminya maksud dan tujuan pembangunan jangka panjang dan fungsi dari cagar biosfer. Peningkatan pemahaman dan kepedulian diperlukan baik bagi masyarakat tradisional yang hidup di sekitar dan di dalam hutan dan ekosistem lain maupun masyarakat moderen yang bermukim di perkotaan